Mengenal Metodologi Pengembangan Perangkat Lunak Model Proses Agile: Extreme Programming, Scrum, Kanban, Lean, Addaptive Innovation
Pendahuluan
Di dunia pengembangan perangkat lunak yang bergerak cepat saat ini, metedologi Agile telah mendapatkan popularitas yang luar biasa. Agile menawarkan fleksibelitas, mendorong kolaborasi, dan fokus pada perbaikan berkelanjutan, menjadikkannya favorit diantara tim pengembang. Namun, seperti proses lainnya, Agile memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang apa itu model proses agile serta jenis-jenisnya mulai dari definisinya, diagram alur, kelebihannya, hingga kekurangannya.
Apa Itu Model Proses Agile?
Extreme Programming (XP)
Extreme Programminng merupakan salah satu Praktik Agile yang populer. Praktik ini telah terbukti sangat efektif di banyak organisasi dengan berbagai ukuran dan produksi di seluruh dunia. Extreme Programming ialah metedologi pengembangan perangkat lunak agile yang menekankan pengembangan perangkat lunak dalam lima cara penting, yaitu Komunikasi, Kemudahan, Umpan Balik, Rasa Hormat, dan Keberanian.
Diagram Alur
Keuntungan dari penggunaan Extreme Programming:
1. Responsivitas Tinggi terhadap Perubahan:
Extreme Programming sangat responsif terhadap perubahan, memungkinkan
penyesuaian tanpa perlu memulai dari awal.
2. Waktu Pengembangan Singkat: Extreme
Programming memiliki waktu pengembangan yang singkat, memungkinkan pengiriman
peningkatan fungsional yang lebih cepat.
3. Ditujukan untuk
Tim Kecil hingga Menengah: Extreme Programming secara khusus dirancang untuk tim
kecil hingga menengah, sehingga cocok untuk proyek dengan ukuran tim yang
terbatas.
Kerugian dari penggunaan Extreme Programming:
1. Skalabilitas Terbatas: Extreme Programming ditujukan untuk tim kecil hingga menengah, yang dapat membatasi skalabilitasnya untuk proyek yang lebih besar.
2. Potensi Kurangnya Dokumentasi Formal: Fokus Extreme Programming pada kode dan kolaborasi pelanggan dapat menyebabkan kurangnya dokumentasi yang komprehensif, yang dapat menjadi tantangan untuk pemeliharaan dan pengembangan di masa mendatang.
SCRUM
Menurut, Kresna Dwi Prasetya (2021), Scrum adalah adalah kerangka kerja untuk pengembangan dan manajemen proyek perangkat lunak yang menggunakan metode iterasi berkelanjutan untuk meningkatkan siklus hidup produk. Scrum selalu mengevaluasi dan meningkatkan hasil pengembangan produk dengan mengadaptasi proses agar lebih efektif. Scrum memiliki komponen kunci seperti peran yang terdefinisi (Scrum Master, Product Owner, dan Scrum Team), upacara (rapat sprint, scrum harian, tinjauan sprint, dan retrospektif), serta alur kerja terstruktur yang memprioritaskan umpan balik pelanggan dan perbaikan berkelanjutan.
Diagram Alur
Keuntungan dari penggunaan Scrum:
1. Peningkatan Efektivitas dan Produktivitas: Model Distributed Scrum diusulkan untuk membuat pengembangan aplikasi bekerja
secara efektif, produktif, dan transparan meskipun tim vendor tidak bekerja
setiap hari di lokasi klien.
2. Perbandingan Kinerja yang Lebih Baik:
Metode Distributed Scrum menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
metode waterfall dalam hal keberhasilan proyek berdasarkan aspek ruang lingkup,
waktu, dan biaya. Indeks Kinerja Biaya (CPI) dan Indeks Kinerja Jadwal (SPI)
dari proyek dengan pendekatan waterfall lebih kecil dibandingkan dengan proyek
dengan pendekatan Distributed Scrum.
3. Pengurangan Permintaan Perubahan: Proyek yang menggunakan metode Distributed Scrum menghasilkan permintaan perubahan yang lebih sedikit dibandingkan dengan proyek yang menggunakan metode waterfall.
Kerugian dari penggunaan Scrum:
1. Tantangan Komunikasi: Terdapat
tantangan komunikasi yang signifikan ketika vendor pihak ketiga menggunakan
Scrum, karena komunikasi antara tim pengembang dan pemilik produk terbatas jika
mereka tidak berasal dari perusahaan yang sama.
2. Kurangnya Kontrol dan Kepercayaan: Penggunaan Scrum oleh vendor pihak ketiga dapat menghadapi masalah seperti kurangnya kontrol dan kepercayaan, yang dapat mempengaruhi efektivitas pengembangan proyek.
KANBAN
Dalam konteks industri pemasok otomotif, Kanban digambarkan sebagai solusi digital dan otomatis untuk perencanaan dan penjadwalan produksi yang gesit, yang ditujukan untuk mengoptimalkan proses produksi dan mengurangi biaya. Implementasi Kanban melibatkan penggunaan papan Kanban digital untuk mengotomatiskan proses, meningkatkan aliran, dan mendukung prinsip-prinsip Manajemen Lean seperti integrasi, aliran, jam, dan penarikan.
Diagram Alur
Keuntungan dari penggunaan kanban:
- Peningkatan Efisiensi: Menerapkan metode Kanban dapat menghasilkan peningkatan efisiensi dengan mengotomatiskan proses, mengurangi kesalahan manual, dan mengoptimalkan perencanaan dan penjadwalan produksi.
- Pengurangan Biaya: Penggunaan sistem Kanban digital dan otomatis dapat membantu mengurangi biaya komitmen modal dengan mengoptimalkan loop kontrol dan merampingkan proses produksi.
- Peningkatan Visibilitas dan Kontrol: Kanban memberikan peningkatan visibilitas ke dalam proses produksi, yang memungkinkan kontrol, pemantauan, dan pengambilan keputusan yang lebih baik berdasarkan data dan wawasan waktu nyata.
- Peningkatan Berkelanjutan: Dengan menerapkan Kanban, organisasi dapat menumbuhkan budaya peningkatan berkelanjutan, berjuang untuk kesempurnaan dan pengoptimalan proses dan sistem yang berkelanjutan.
Kerugian dari penggunaan kanban:
- Tantangan Personel: Kurangnya orang yang bertanggung jawab yang ditetapkan dengan jelas, kesalahan manusia individual selama penerapan, dan upaya perencanaan yang tinggi dapat menimbulkan tantangan dalam penerapan dan pemeliharaan sistem Kanban.
- Kompleksitas Perhitungan: Perhitungan loop kontrol yang tidak memadai yang menyebabkan jumlah Kanban yang tidak proporsional dan tidak adanya prinsip First-In-First-Out (FIFO) dapat memengaruhi efisiensi sistem.
- Fase Implementasi Awal: Perhitungan Kanban otomatis memerlukan fase pengenalan awal enam bulan untuk memperlancar data permintaan sistem, yang dapat menunda realisasi manfaat dan memerlukan sumber daya tambahan.
LEAN
Menurut, Chen (2019), Lean adalah model pendekatan yang bertujuan untuk
mengurangi limbah dalam usaha manusia, inventaris, waktu ke pasar, dan ruang
manufaktur untuk menjadi sangat responsif terhadap permintaan pelanggan sambil
memproduksi produk berkualitas dengan cara yang paling efisien dan ekonomis.
Diagram Alur
Keuntungan dari penggunaan lean:
- Metode Lean dalam manajemen rantai pasokan membantu
mengurangi pemborosan dalam upaya manusia, inventaris, dan waktu pemasaran,
yang pada akhirnya meningkatkan kinerja operasional dan menambah lebih banyak
nilai bagi pelanggan.
- Manajemen rantai pasokan Lean mendorong kerja sama
antar organisasi, yang mengarah pada pengurangan biaya dan minimalisasi
pemborosan dengan memenuhi kebutuhan pelanggan secara efisien.
- Menerapkan model Lean dalam rantai pasokan meningkatkan
produktivitas, menyederhanakan proses produksi, dan memungkinkan respons cepat
terhadap perubahan permintaan pelanggan dan ketidakpastian pasar.
- Pendekatan Lean berfokus pada peningkatan efisiensi dengan menghilangkan berbagai jenis pemborosan, sehingga meningkatkan efisiensi operasional dalam rantai pasokan.
Kerugian dari penggunaan lean:
- Metode Lean dapat menimbulkan tantangan dalam
menyesuaikan diri dengan permintaan pelanggan yang tidak terduga dan berubah
karena fokusnya pada efisiensi dan pengurangan pemborosan, yang dapat membatasi
fleksibilitas dalam merespons fluktuasi pasar.
- Terlalu menekankan pada pengurangan pemborosan dalam pendekatan Lean kadang-kadang dapat mengabaikan pentingnya inovasi dan kreativitas dalam rantai pasok, yang sangat penting untuk daya saing dan pertumbuhan jangka panjang.
Addaptive Innovation
Adaptive innovation adalah pendekatan inovasi yang harus bersifat adaptif karena melibatkan ketidakpastian dan risiko, serta konteks setiap daerah sangat penting untuk keberhasilan proses inovasi. Pendekatan inovasi yang adaptif diperlukan untuk memastikan keberlanjutan dalam menghadapi tantangan dan peluang yang muncul dalam konteks regional masing-masing.
Diagram Alur
Keuntungan dari penggunaan Addaptive Innovation
1. Kustomisasi Solusi: Adaptive
innovation menawarkan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik
komunitas lokal, sehingga lebih relevan dan efektif dalam konteks regional.
2. Kolaborasi dan Pembelajaran Kolektif:
Pendekatan ini mendorong kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, yang
memungkinkan pembelajaran kolektif dan perbaikan berkelanjutan dalam ekosistem
inovasi regional.
3. Proses Iteratif dan Evaluasi Berkelanjutan:
Model ini menekankan pentingnya proses iteratif dan evaluasi berkelanjutan,
yang membantu dalam menyesuaikan inovasi dengan kebutuhan dan peluang yang
berkembang di daerah tersebut.
4. Peningkatan Keterlibatan Komunitas:
Melalui partisipasi aktif dari komunitas, adaptive innovation dapat
meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam inisiatif inovasi, yang
berkontribusi pada keberhasilan proyek-proyek lokal.
5. Pengembangan Berbasis Data: Model ini
menggabungkan pengetahuan lokal dengan pengalaman eksternal, yang menghasilkan
inisiatif inovasi yang berbasis data dan peka terhadap konteks.
Kerugian dari penggunaan Addaptive Innovation
1. Tingkat
Risiko yang Lebih Tinggi:
Karena sifatnya yang adaptif dan seringkali melibatkan perubahan yang cepat,
Adaptive Innovation dapat membawa risiko yang lebih tinggi. Perubahan yang
terus-menerus dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam proyek dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya kesalahan atau kegagalan.
2. Butuh
Tim yang Sangat Kompeten:
Model ini membutuhkan tim yang sangat kompeten dan memiliki kemampuan untuk
beradaptasi dengan cepat. Anggota tim harus memiliki keahlian teknis yang kuat,
kemampuan komunikasi yang baik, dan mampu bekerja secara mandiri serta
kolaboratif.
3. Sulit
untuk Diukur:
Mengukur keberhasilan proyek yang menggunakan Adaptive Innovation bisa menjadi
tantangan. Karena sifatnya yang dinamis dan terus berubah, sulit untuk
menetapkan metrik yang jelas dan konsisten untuk mengukur kemajuan proyek.
4. Bisa Membutuhkan Waktu yang Lebih Lama: Meskipun Agile secara umum bertujuan untuk mempercepat pengembangan, dalam beberapa kasus, Adaptive Innovation justru bisa memakan waktu lebih lama dibandingkan metode tradisional. Hal ini bisa terjadi jika tim terlalu sering mengubah arah atau jika terjadi banyak perubahan yang tidak terduga.
5. Kurang Cocok untuk Proyek yang Sangat Kompleks: Proyek yang sangat kompleks dengan banyak variabel yang saling terkait mungkin tidak cocok dengan model Adaptive Innovation. Proyek semacam ini membutuhkan perencanaan yang lebih detail dan terstruktur.
Referensi:
Valpadasu Hema, Sravanthi Thota, S Naresh Kumar, Ch Padmaja, C Bala Rama Krishna, K Mahender, "Scrum: An effective software development agile tool", IOP Conference Series: Materials Science and Engineering 981 (2), 022060, 2020 , https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1757-899X/981/2/022060
Youssef Hassani, Ioana Ceauşu, Adrian Iordache, "Lean and Agile model implementation for managing the supply chain", Proceedings of the International Conference on Business Excellence 14 (1), 847-858, 2020, https://sciendo.com/article/10.2478/picbe-2020-0081
Yanti Andriyani, Witra Apdhi Yohanitas, Ray Septianis Kartika, "Adaptive innovation model design: Integrating agile and open innovation in regional areas innovation", Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity 10 (1), 100197, 2024, https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2199853123002998
Komentar
Posting Komentar